Subnetting merupakan suatu metode untuk memperbanyak network ID dari suatu network ID yang telahanda miliki. Contoh kasus diperiukannya subnetting: Sebuah perusahaan memperoleh IP address network kelas C 192.168.0.0. Dengan IP network tersebut maka akan didapatkan sebanyak 254 (28-2) alamat IP address yang dapat kita pasang pada komputer yang terkoneksi ke jaringan.
Yang menjadi masalah adalah bagaimana mengelola jaringan
dengan jumlah komputer lebih dari 254 tersebut. Tentu tidak mungkin jika anda
harus menempatkan komputer sebanyak itu dalam satu lokasi. Jika anda hanya
menggunakan 30 komputer dalam satu kantor, maka ada 224 IP
address yang tidak akan terpakai. Untuk
mensiasati jumlah IP
addressyang
tidak terpakai tersebut dengan jalan membagi IP network menjadi beberapa
network yang lebih kecil yang disebut subnet.
Rumus untuk
menghitung jumlah host per subnet = 2N – 2 N adalah jumlah bit yang masih
tersisa untuk host ID. Terdapat dua macam subnetting: subnetting statis dan
variable subneting. Subnetting statis, adalah subnetting di mana semua subnet
dalam jaringan menggunakan subnet mask yang sama. IP lokal dan RIP routing
versi 1 hanya menyokong subnetting statis. Variable length subnetting
memperbolehkan penggunaan subnet mask yang berbeda oleh subnet-subnet dalam
jaringan. Sebuah subnet kecil dengan hanya sedikit host membutuhkan sebuah
subnet mask yang mengakomodasi subnet-subnet ini saja. Sebuah subnet dengan
banyak host mungkin membutuhkan sebuah subnet mask yang berbeda untuk
mengakomodasi host-hostnya. Variable length subnetting mengizinkan kita untuk
membagi jaringan sehingga memungkinkan untuk menetapkan host yang mencukupi
untuk setiap subnet dengan mengubah subnet mask untuk tiap jaringan. RIP versi
2 menyokong variable length subnetting dan begitu juga subnetting statis. RIP
versi 1 hanya menyokong kapasitas kelas standar.
Sebagai
contoh, sebuah perusahaan dengan alamat 195.34.136.0 perlu membagi interval
alamat menjadi lima jaringan terpisah. Harus terdapat 254 host pada tiga subnet
dan 126 host pada dua subnet. Hal ini tidak dapat dilakukan menggunakan
subnetting statis karena subnetting statis hanya dapat membagi jaringan menjadi
empat subnet dengan masing-masing 254 host atau delapan subnet dengan
masing-masing 126 host. Untuk membagi alamat menjadi lima subnet, kita harus
menggunakan sejumlah netmask. Empat subnet pertama menggunakan mask
255.255.255.0 dan memiliki 254 host pada masing-masing mask. Subnet pertama kemudian
dapat dibagi menjadi dua subnet dengan masing-masing 126 host dan sebuah subnet
mask 255.255.255.128. Kemudian akan terdapat tiga subnet dengan masing-masing
254 host dan dua subnet dengan masing-masing 126 host.
Subnetting Kita juga
harus menguasai konsep subnetting untuk mendapatkan IP address baru, dimana
dengan cara ini kita dapat membuat network ID baru dari suatu network yang kita
miliki sebelumnya. Subnetting digunakan untuk memecah satu buah network menjadi
beberapa network kecil.
Untuk memperbanyak
network ID dari suatu network id yang sudah ada, dimana sebagaian host ID
dikorbankan untuk digunakan dalam membuat ID tambahan
Ingat rumus untuk
mencari banyak subnet adalah 2 n – 2
N = jumlah bit yang
diselubungi
Dan rumus untuk mencari
jumlah host per subnet adalah 2 m – 2
M = jumlah bit yang
belum diselubungi
Contoh kasus dengan
penyelesaian I :
Ip address 130.200.0.0
dengan subnet mask 255.255.224.0 yang diidentifikasi sebagai kelas B.
Subnet mask :
11111111.11111111.11100000.00000000
3 bit dari octet ke 3
telah digunakan , tingal 5 bit yang belum diselubungi maka banyak kelompok
subnet yang bisa dipakai adalah kelipatan 2 5 = 32 (256 – 224 = 32)
32 64 96 128 160 192
224
Jadi Kelompok IP yang
bisa digunakan dalah ;
130.200.0.0 –
130.200.31.254 subnet loopback
130.200.32.1 –
130.200.63.254
130.200.64.1 –
130.200.95.254
130.200.96.1 –
130.200.127.254
130.200.128.1 –
130.200.159.254
130.200.160.1 –
130.200.191.254
130.200.192.1 –
130.200.223.254
Contoh kasus dengan
penyelesaian II :
Terdapat network id
130.200.0.0 dengan subnet 255.255.192.0 yang termasuk juga kelas B, cara lain
untuk menyelesaikannya adalah ;
• Dari nilai octet
pertama dan subnet yang diberikan, dapat diketahui IP address adalah kelas B
yang octet ketiga diselubungi dengan angka 192…
• Hitung dengan rumus
(4 oktet – angka yang diselubung) 256 – 192 = 64
• Jadi kelompok subnet
yang dapat dipakai adalah kelipatan 64 dan 128.
Jadi kelompok ip yang
dapat dipakai adalah
130.200.64.1 sampai
130.200.127.254
130.200.128.1 sampai
130.200.199.254
Kasus ;
Kita memiliki kelas B
dengan network ID 130.200.0.0 dengan subnet mask 255.255.224.0
Dengan cara yang sama
diatas sebelumnya ;
• Dari nilai octet
pertama dan subnet yang diberikan dapat diketahui IP address adalah kelas B
dengan octet ketiga terseluibung dengan angka 224
• Hitung dengan rumus
(256-224) =32
• Jadi kelompok subnet
yang dapat dipakai adalah kelipatan 32 yaitu 64 96 128 160 192
Dengan demikian,
kelompok IP address yang dapat dipakai adalah ;
130.200.32.1 sampai
130.200.63.254
130.200.64.1 sampai
130.200.95.254
130.200.96.1 sampai
130.200.127.254
130.200.128.1 sampai
130.200.159.254
130.200.160.1 sampai
130.200.191.254
130.200.192.1 sampai
130.200.223.254
Kasus :
misalkan kita
menggunakan kelas C dengan network address 192.168.81.0 dengan subnet mask
255.255.255.240, maka
• Dari nilai octet
pertama dan subnet yang diberikan dapat diketahui IP address adalah kelas C
dengan oktat ketiga terselubung dengan angka 240
• Hitung (256 – 240) =
16
• Maka kelompok subnet
yang dapat digunakan adalah kelipatan 16, yaitu 16 32 48 64 80 96 112 128 144
160 176 192 208 224
Maka kelompok IP
address yang dapat digunakan adalah ;
192.168.81.17 sampai
192.168.81.20
192.168.81.33 sampai
192.168.81.46
192.168.81.49 sampai
192.168.81.62
192.168.81.65 sampai
192.168.81.78
192.168.81.81 sampai
192.168.81.94
192.168.81.97 sampai
192.168.81.110
192.168.81.113 sampai
192.168.81.126
192.168.81.129 sampai
192.168.81.142
192.168.81.145 sampai
192.168.81.158
192.168.81.161 sampai
192.168.81.174
192.168.81.177 sampai
192.168.81.190
192.168.81.193 sampai
192.168.81.206
192.168.81.209 sampai
192.168.81.222
192.168.81.225 sampai
192.168.81.238
Kasus :
Sebuah perusahaan yang
baru berkembang mempunyai banyak kantor cabang dan tiap kantor cabang mempunyai
255 workstation, network address yang tersedia adalah 164.10.0.0, buatlah
subnet dengan jumlah subnet yang terbanyak
Penyelesaian ;
164.10.0.0 berada pada kelas B, berarti octet 3 dan 4 digunakan untuk host,
sedangkan 1 kantor cabang ada 254 host, maka ambil 1 bit lagi dari octet ke 3
agar cukup.
Maka subnetmask yang
baru
11111111.11111111.11111110.00000000
255. 255. 254. 0
Subnet yang tersedia
adalah 256 – 254 = 2, maka subnetnya kelipatan 2 sampai dengan 254.
Jumlah subnet (2 7 – 2)
= 128 – 2 = 26 subnet
Jumlah host / subnetnya
(2 9 – 2 ) = 512 – 2 = 510 host
164.10.0.0 sampai
164.10.1.0 dibuang
164.10.2 .1 sampai
164.10.3.254
164.10.4.1 sampai
164.10.5.254
164.10.6.1 sampai
164.10.7.254
164.10.8.1 sampai
164.10.9.254
164.10.252.1 sampai
164.10.253.254
Kasus :
Kita mendapatkan IP
dari ISP yaitu 192.168.20.0 untuk alamat network dan subnet masknya
255.255.255.192 ini berarti notasi /26.
Jumlah subnet adalah
192, berarti 11000000, maka 22 – 2 = 2
Berapa banyak host per
subnet, 26 – 2 = 62 host
Hitung subnet yang
valid 256 – 192 = 64 subnet, maka terus tambahkan block size sampai angka
subnet mask. 64 + 64 = 128. 128 + 64 = 192, yang tidak valid karena ia adalah
sebuah subnet mask. Maka subnet yang valid adalah 64 dan 128.
Subnet 64 128
Host pertama 65 129
Host terakhir 126 190
Alamat Broadcast 127
191
Cara membaca tabel
diatas yaitu dari atas ke bawah untuk setiap kolom subnet, contoh: kolom
pertama subnet 64 atau lengkapnya 192.168.20.64 memunyai host pertama 65 atau
192.168.20.65, host terakhir 126 atau 192.168.20.126 dan alamat broadcast di
127 atau 192.168.20.127.
Kasus
Kita mendapatkan IP
dari ISP yaitu 192.168.10.0 untuk alamat network dan subnet masknya
255.255.255.224 ini berarti notasi /27.
Berapa jumlah subnet,
224 adalah 11100000, jadi 23-3 = 6
Berapa banyak host per
subnet, 25 – 2 = 30 host
Hitung subnet yang
valid 256 – 224 = 32
32 + 32 = 64
64 + 32 = 96
96 + 32 = 128
128 + 32 = 160
160 + 32 = 192
192 + 32 = 224
224 tidak valid karena
ia adalah sebuah subnet mask. Maka subnet yang valid adalah
32, 64, 96,128,160,129,224
Subnet 32 64 96 128 160
192
Host pertama 33 65 97
129 161 193
Host terakhir 62 94 126
158 190 222
Alamat Broadcast 63 95
127 159 191 223
Cara membaca tabel
diatas yaitu dari atas ke bawah untuk setiap kolom subnet, contoh: kolom
pertama subnet 32 atau lengkapnya 192.168.10.32 memunyai host pertama 33 atau
192.168.10.33, host terakhir 62 atau 192.168.10.62 dan alamat broadcast di 63
atau 192.168.10.63.
Kasus kelas C
Kita mendapatkan IP
dari ISP yaitu 192.168.10.0 untuk alamat network dan subnet masknya
255.255.255.224 ini berarti notasi /27.
Berapa jumlah subnet,
224 adalah 11100000, jadi 23-3 = 6
Berapa banyak host per
subnet, 25 – 2 = 30 host
Hitung subnet yang
valid 256 – 224 = 32
32 + 32 = 64
64 + 32 = 96
96 + 32 = 128
128 + 32 = 160
160 + 32 = 192
192 + 32 = 224
224 tidak valid karena
ia adalah sebuah subnet mask. Maka subnet yang valid adalah
32, 64,
96,128,160,129,224
Subnet 32 64 96 128 160
192
Host pertama 33 65 97
129 161 193
Host terakhir 62 94 126
158 190 222
Alamat Broadcast 63 95
127 159 191 223
Cara membaca tabel
diatas yaitu dari atas ke bawah untuk setiap kolom subnet, contoh: kolom
pertama subnet 32 atau lengkapnya 192.168.10.32 memunyai host pertama 33 atau
192.168.10.33, host terakhir 62 atau 192.168.10.62 dan alamat broadcast di 63
atau 192.168.10.63.
Kasus :
Di sebuah perusahaan
manufacturing yang mempunyai banyak bagian dalam perusahaan tersebut, dimana
setiap bagian mempunyai 700 host, network address yang didapat adalah
171.168.10.0, berarti ini kelas B…perhatikan bagaimana jika kita menggunakan
kelas C karena kelas C hanya dapat menampung host sebanyak 254 !!!
Classless Inter-Domain
Rouitng (CIDR)
Suatu metode yang
digunakan oleh ISP untuk mengalokasikan sejumlah alamat pada perusahaan,
kerumah seorang pelanggan. ISP menyediakan ukuran blok (block size) tertentu.
Contoh : kita
mendapatkan blok IP 192.168.32/28. notasi garis miring atau slash notation (/)
berarti berapa bit yang bernilai 1 (contoh diatas adalah /28 berarti ada 28 bit
yang bernilai 1).
Nilai maksimum setelah
garing adala /32. karena satu byte adalah 8 bit dan terdapat 4 byte dalam
sebuah alamat IP (4 x 8 = 32). Namun subnet mask terbesar tanpa melihar class
alamatnya adalah hanya /30, karena harus menyimpan paling tidak dua buah bit
sebagai bit dan host.
Nilai CIDR
255.0.0.0 /8
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255. 255.224.0 /19
255. 255.240.0 /20
255. 255.248.0 /21
255. 255.252.0 /22
255. 255.254.0 /23
255. 255.255.0 /24
255.255. 255.128 /25
255.255. 255.192 /26
255. 255. 255.224 /27
255. 255. 255.240 /28
255. 255. 255.248 /29
255. 255. 255.252 /30
Keterangan : pola yang
dimaksudkan adalah pola 128, 192, 224, 240, 248, 252, dan 254
Dimana 128 dalam binary
yaitu = 10000000 (1 bit subnet), 192 dalam binary yaitu 11000000 (2 bit binary)
dan seterusnya. Maka hafalkan pola 128, 192, 224, 240, 248, 252 dan 254.
Contoh latihan
subnetting : alamat class B
Alamat Network
172.16.0.0 dan subnet mask 255.255.192.0
Subnet 192 = 11000000,
2 2 – 2 = 2
Host 2 14 – 2 = 16.382
(6 bit di octet ketiga, dan 8 bit di octet keempat)
Subnet yang valid 256 –
192 = 64. 64 + 64 = 128
Subnet 64.0 128.0
Host pertama 64.1 128.1
Host terakhir 127.254
192.254
Broadcast 127.255
199.255
Keterangan, maka subnet
64.0 atau 172.16.64.0, mempunyai host pertama 64.1 atau 172.16.64.1 sampai
dengan 171.16.127.254 dan alamat broadcastnya 172.16.127.255
Contoh latihan
subnetting : alamat class A
Alamat Network 10.0.0.0
dan subnet mask 255.255.0.0
Subnet 255 = 11111111,
2 8 – 2 = 254
Host 2 16 – 2 = 65.534
Subnet yang valid 256 –
255 = 1, 2 , 3 dan seterusnya. (semua di octet kedua). Subnetnya menjadi
10.1.0.0, 10.2.0.0, 10.3.0.0 dan seterusnya sampai 10.254.0.0
Subnet 10.1.0.0 … 10.254.0.0
Host pertama 10.1.0.1 …
10.254.0.1
Host terakhir
10.1.255.254 … 10.254.255.254
Broadcast 10.1.255.255
… 10.254.255.255
NETMASK/SUBNETMASK
Untuk pengelompokan
pengalamatan, selain nomor IP dikenal juga netmask atau subnetmask. Yang
besarnya sama dengan nomor IP yaitu 32 bit. Ada tiga pengelompokan besar subnet
mask yaitu dengan dikenal, yaitu 255.0.0.0 , 255.255.0.0 dan 255.0.0.0.
Pada dunia jaringan,
subnetmask tersebut dikelompokkan yang disebut class dikenal tiga class yaitu :
1. Class A, adalah semua
nomor IP yang mempunyai subnetmask 255.0.0.0
2. Class B, adalah
semua nomor IP yang mempunyai subnetmask 255.255.0.0
3. Class C, adalah
semua nomor IP yang mempunyai subnetmask 255.255.255.0
Gabungan antara IP dan
Netmask inilah pengalamatan komputer dipakai. Kedua hal ini tidak bisa lepas.
Jadi penulisan biasanya sbb :
IP : 202.95.151.129
Netmask : 255.255.255.0
Suatu nomor IP kita
dengan nomor IP tetangga dianggap satu kelompok (satu jaringan) bila IP dan
Netmask kita dikonversi jadi biner dan diANDkan, begitu juga nomor IP tetangga
dan Netmask dikonversi jadi biner dan diANDkan, jika kedua hasilnya sama maka
satu jaringan. Dan kita bisa berhubungan secara langsung.
Ketika kita berhubungan
dengan komputer lain pada suatu jaringan, selain IP yang dibutuhkan adalah
netmask. Misal kita pada IP 10.252.102.12 ingin berkirim data pada
10.252.102.135 bagaimana komputer kita memutuskan apakah ia berada pada satu
jaringan atau lain jaringan? Maka yang dilakukan adalah mengecek dulu netmask
komputer kita karena kombinasi IP dan netmask menentukan range jaringan kita.
Jika netmask kita
255.255.255.0 maka range terdiri dari atas semua IP yang memiliki 3 byte
pertama yang sama. Misal jika IP saya 10.252.102.12 dan netmask saya
255.255.255.0 maka range jaringan saya adalah 10.252.102.0-10.252.102.255
sehingga kita bisa secara langsung berkomunukasi pada mesin yang diantara itu,
jadi 10.252.102.135 berada pada jaringan yang sama yaitu 10.252.102 (lihat yang
angka-angka tercetak tebal menunjukkan dalam satu jaringan karena semua sama).
Dalam suatu organisasi
komersial biasanya terdiri dari beberapa bagian, misalnya bagian
personalia/HRD, Marketing, Produksi, Keuangan, IT dsb. Setiap bagian di
perusahaan tentunya mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Dengan beberapa alasan
maka setiap bagian bisa dibuatkan jaringan lokal sendiri – sendiri dan antar
bagian bisa pula digabungkan jaringannya dengan bagian yang lain.
Ada beberapa alasan
yang menyebabkan satu organisasi membutuhkan lebih dari satu jaringan lokal
(LAN) agar dapat mencakup seluruh organisasi :
Teknologi yang
berbeda. Dalam suatu organisasi dimungkinkan menggunakan bermacam teknologi
dalam jaringannya. Semisal teknologi ethernet akan mempunyai LAN yang berbeda
dengan teknologi FDDI.
Sebuah jaringan
mungkin dibagi menjadi jaringan yang lebih kecil karena masalah performanasi.
Sebuah LAN dengan 254 host akan memiliki performansi yang kurang baik
dibandingkan dengan LAN yang hanya mempunyai 62 host. Semakin banyak host yang
terhubung dalam satu media akan menurunkan performasi dari jaringan. Pemecahan
yang paling sedherhana adalah memecah menjadi 2 LAN.
Departemen tertentu
membutuhkan keamanan khusus sehingga solusinya memecah menjadi jaringan
sendiri.
Pembagian jaringan
besar ke dalam jaringan yang kecil-kecil inilah yang disebut sebagai
subnetting. Pemecehan menggunakan konsep subnetting. Membagi jaringan besar
tunggal ke dalam sunet-subnet (sub-sub jaringan). Setiap subnet ditentukan
dengan menggunakan subnet mask bersama-sama dengan no IP.
Pada subnetmask dalam
biner, seluruh bit yang berhubungan dengan netID diset 1, sedangkan bit yang
berhubungan dengan hostID diset 0.
Dalam subnetting,
proses yang dilakukan ialah memakai sebagian bit hostID untuk membentuk
subnetID. Dengan demikian jumlah bit yang digunakan untuk HostID menjadi lebih
sedikit. Semakin panjang subnetID, jumlah subnet yang dibentuk semkain banyak,
namun jumlah host dalam tiap subnet menjadi semakin sedikit.
Cara Pembentukan Subnet
:
Misal jika jaringan
kita adalah 192.168.0.0 dalm kelas B (kelas B memberikan range 192.168.0.0 –
192.168.255.255). Ingat kelas B berarti 16 bit pertama menjadi NetID yang dalam
satu jaringan tidak berubah (dalam hal ini adalah 192.168) dan bit selanjutya
sebagai Host ID (yang merupakan nomor komputer yang terhubung ke dan setiap
komputer mempunyai no unik mulai dari 0.0 – 255.255). Jadi
netmasknya/subnetmasknya adalah 255.255.0.0
Kita dapat membagi
alokasi jaringan diatas menjadi jaringan yang kebih kecil dengan cara mengubha
subnet yang ada.
Ada dua pendekatan dalam
melakukan pembentukan subnet yaitu :
1. Berdasarkan jumlah
jaringan yang akan dibentuk
2. Berdasarkan jumlah
host yang dibentuk dalam jaringan.
Cara perhitungan subnet
berdasarkan jumlah jaringan yang dibutuhkan :
1. Menentukan jumlah
jaringan yang dibutuhkan dan merubahnya menjadi biner.
Misalkan kita ingin
membuat 255 jaringan kecil dari nomor jaringan yang sudah ditentukan. 255
11111111
2. Menghitung jumlah
bit dari nomor 1. Dan jumlah bit inilah yang disebut sebagai subnetID
Dari 255 11111111
jumlah bitnya adalah 8
3. Jumlah bit hostID
baru adalah HosiID lama dikurangi jumlah bit nomor 2.
Misal dari contoh
diatas hostIDbaru: 16 bit – 8 bit = 8 bit.
4. Isi subnetID dengan
1 dan jumlahkan dengan NetIDLama.
Jadi NetID baru kita
adalah NetIDlama + SubNetID :
11111111.11111111.11111111.00000000 (24 bit bernilai 1 biasa ditulis /24)
Berkat perhitungan di
atas maka kita mempunyai 256 jaringan baru yaitu :
192.168.0.xxx,
192.168.1.xxx, 192.168.2.xxx, 192.168.3.xxx hingga 192.168.255.xxx dengan
netmash 255.255.255.0.
xxx menunjukkan
hostID antara 0-255
Biasa ditulis dengan
192.168.0/24 192.168.0 menunjukkan NetID dan 24 menunjukkan subnetmask
(jumlah bit yang bernilai 1 di subnetmask).
Dengan teknik ini kita
bisa mengalokasikan IP address kelas B menjadi sekian banyak jaringan yang
berukuran sama.
Cara perhitungan subnet
berdasarkan jumlah host adalah sebagai berikut :
1. Ubah IP dan netmask
menjadi biner
IP : 192.168.1.0
11000000.10101000.00000000.00000000
Netmask : 255.255.255.0
11111111.11111111. 11111111.00000000
Panjang hostID kita
adalah yang netmasknya semua 0 16 bit.
2. Memilih jumlah host
terbanyak dalam suatu jaringan dan rubah menjadi biner.
Misal dalam jaringan
kita membutuhkan host 25 maka menjadi 11001.
3. Hitung jumlah bit
yang dibutuhkan angka biner pada nomor 1. Dan angka inilah nanti sebagai jumlah
host dalam jaringan kita.
Jumlah host 25 menjadi
biner 11001 dan jumlah bitnya adalah 5.
4. Rubah netmask
jaringan kita dengan cara menyisakan angka 0 sebanyak jumlah perhitungan nomor
3.
Jadi netmasknya baru
adalah 11111111.11111111.11111111.11100000
Identik dengan
255.255.255.224 jika didesimalkan.
Jadi netmask jaringan
berubah dan yang awalnya hanya satu jaringan dengan range IP dari 1 -254
menjadi 8 jaringan, dengan setiap jaringan ada 30 host/komputer
Alokasi Range IP
1 192.168.1.0 –
192.168.1.31
2 192.168.1.32 –
192.168.1.63
3 192.168.1.64 –
192.168.1.95
4 192.168.1.96 –
192.168.1.127
5 192.168.1.128 –
192.168.1.159
6 192.168.1.160 –
192.168.1.191
7 192.168.1.192 – 192.168.1.223
8 192.168.1.224 –
192.168.1.255
Nomor IP awal dan akhir
setiap subnet tidak bisa dipakai. Awal dipakai ID Jaringan (NetID) dan akhir
sebagai broadcast.
Misal jaringan A
192.168.1.0 sebagai NetID dan 192.168.1.31 sebagai broadcast dan range IP yang
bisa dipakai 192.168.1.1-192.168.1.30.
IP ADDRESS
Agar unik setiap
computer yang terkoneksi ke Internet diberi alamat yang berbeda. Alamat ini
supaya seragam seluruh dunia maka pemberian alamat IP address diseluruh dunia
diberikan oleh badan internasional Internet Assigned Number Authority (IANA),
dimana IANA hanya memberikan IP address Network ID nya saja sedangkan host ID
diatur oleh pemilik IP address tersebut.
Contoh IP address untuk
cisco.com adalah 202.93.35.9 untuk www.ilkom.unsri.ac.id dengan IP nya
202.39.35.9
Alamat yang unik
terdiri dari 32 bit yang dibagi dalam 4 oktet (8 bit)
00000000 . 00000000 .
00000000 . 00000000
o 1 o 2 o 3 o 4
Ip address dibagi
menjadi 2 bagian yaitu Network ID dan Host ID,
Network ID yang akan
menentukan alamat dalam jaringan (network address), sedangkan Host ID
menentukan alamat dari peralatan jaringan yang sifatnya unik untuk membedakan
antara satu mesin dengan mesin lainnya.
Ibaratkan Network ID
Nomor jalan dan alamat jalan sedangkan Host ID adalah nomor rumahnya
IP address dibagi
menjadi kelas yaitu ;
Kelas yang umum
digunakan adalah kelas A sampai dengan kelas C.
Pada setiap kelas angka
pertama dengan angka terakhir tidak dianjurkan untuk digunakan karena sebagai
valid host id, misalnya kelas A 0 dan 127, kelas B 128 dan 192, kelas C 191 dan
224. ini biasanya digunakan untuk loopback addresss.
Catatan :
• alamat Network ID dan
Host ID tidak boleh semuanya 0 atau 1 karena jika semuanya angka biner 1 :
255.255.255.255 maka alamat tersebut disebut floaded broadcast
• alamat network,
digunakan dalam routing untuk menunjukkan pengiriman paket remote network,
contohnya 10.0.0.0, 172.16.0.0 dan 192.168.10.0
Dari gambar dibawah ini
perhatikan kelas A menyediakan jumlah network yang paling sediikit namun
menyediakan host id yang paling banyak dikarenakan hanya oktat pertama yang
digunakan untuk alamat network bandingkan dengan kelas B dan C.
Untuk mempermudah dalam
menentukan kelas mana IP yang kita lihat, perhatikan gambar dibawah ini. Pada
saat kita menganalisa suatu alamat IP maka perhatikan octet 8 bit pertamanya.
Pada kelas A : 8 oktet
pertama adalah alamat networknya, sedangkan sisanya 24 bits merupakan alamat
untuk host yang bisa digunakan.
Jadi admin dapat
membuat banyak sekali alamat untuk hostnya, dengan memperhatikan
2 24 – 2 = 16.777.214
host
N ; jumlah bit terakhir
dari kelas A
(2) adalah alamat
loopback
Pada kelas B :
menggunakan 16 bit pertama untuk mengidentifikasikan network sebagai bagian
dari address. Dua octet sisanya (16 bits) digunakan untuk alamat host
2 16 – 2 = 65.534
Pada kelas C :
menggunakan 24 bit pertama untuk network dan 8 bits sisanya untuk alamat host.
2 8 – 2 = 254
Nomor IP terdiri dari
32 bit yang didalamnya terdapat bit untuk NETWORK ID (NetID) dan HOST ID
(HostID). Secara garis besar berikut inilah pembagian kelas IP secara default
GATEWAY/ROUTER
Gateway adalah komputer
yang memiliki minimal 2 buah network interface untuk menghubungkan 2 buah
jaringan atau lebih. Di Internet suatu alamat bisa ditempuh lewat
gateway-gateway yang memberikan jalan/rute ke arah mana yang harus dilalui
supaya paket data sampai ke tujuan. Kebanyakan gateway menjalankan routing
daemon (program yang meng-update secara dinamis tabel routing). Karena itu
gateway juga biasanya berfungsi sebagai router. Gateway/router bisa berbentuk
Router box seperti yang di produksi Cisco, 3COM, dll atau bisa juga berupa
komputer yang menjalankan Network Operating System plus routing daemon.
Misalkan PC yang dipasang Unix FreeBSD dan menjalankan program Routed atau
Gated. Namun dalam pemakaian Natd, routing daemon tidak perlu dijalankan, jadi
cukup dipasang gateway saja.
Karena gateway/router
mengatur lalu lintas paket data antar jaringan, maka di dalamnya bisa dipasangi
mekanisme pembatasan atau pengamanan (filtering) paket-paket data. Mekanisme
ini disebut Firewall.
Sebenarnya Firewall
adalah suatu program yang dijalankan di gateway/router yang bertugas memeriksa
setiap paket data yang lewat kemudian membandingkannya dengan rule yang
diterapkan dan akhirnya memutuskan apakah paket data tersebut boleh diteruskan
atau ditolak. Tujuan dasarnya adalah sebagai security yang melindungi jaringan
internal dari ancaman dari luar. Namun dalam tulisan ini Firewall digunakan
sebagai basis untuk menjalankan Network Address Translation (NAT).
Dalam FreeBSD, program
yang dijalankan sebagai Firewall adalah ipfw. Sebelum dapat menjalankan ipfw,
kernel GENERIC harus dimodifikasi supaya mendukung fungsi firewall. Ipfw
mengatur lalu lintas paket data berdasarkan IP asal, IP tujuan, nomor port, dan
jenis protocol. Untuk menjalankan NAT, option IPDIVERT harus diaktifkan dalam
kernel.
DIVERT (mekanisme
diversi paket kernel)
Socket divert
sebenarnya sama saja dengan socket IP biasa, kecuali bahwa socket divert bisa
di bind ke port divert khusus lewat bind system call. IP address dalam bind
tidak diperhatikan, hanya nomor port-nya yang diperhatikan. Sebuah socket
divert yang dibind ke port divert akan menerima semua paket yang didiversikan
pada port tersebut oleh mekanisme di kernel yang dijalankan oleh implementasi
filtering dan program ipfw. Mekanisme ini yang dimanfaatkan nantinya oleh
Network Address Translator.
Itulah beberapa bahasan
awal yang akan mengantar kita ke pembahasan inti selanjutnya.
BROADCAST
Alamat ini digunakan
untuk mengirim/menerima informasi yang harus diketahui oleh seluruh host yang
ada pada suatu jaringan. Seperti diketahui, setiap paket IP memiliki header
alamat tujuan berupa IP Address dari host yang akan dituju oleh paket tersebut.
Dengan adanya alamat ini, maka hanya host tujuan saja yang memproses paket
tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya. Bagaimana jika suatu host
ingin mengirim paket kepada seluruh host yang ada pada jaringannya? Tidak
efisien jika ia harus membuat replikasi paket sebanyak jumlah host tujuan. Pemakaian
bandwidth/jalur akan meningkat dan beban kerja host pengirim bertambah, padahal
isi paket-paket tersebut sama. Oleh karena itu, dibuat konsep broadcast
address. Host cukup mengirim ke alamat broadcast, maka seluruh host yang ada
pada network akan menerima paket tersebut. Konsekuensinya, seluruh host pada
jaringan yang sama harus memiliki broadcast address yang sama dan alamat
tersebut tidak boleh digunakan sebagai nomor IP untuk host tertentu.
Jadi, sebenarnya setiap
host memiliki 2 alamat untuk menerima paket : pertama adalah nomor IP yang
bersifat unik dan kedua adalah broadcast address pada jaringan tempat host
tersebut berada. Broadcast address diperoleh dengan membuat seluruh bit host
pada nomor IP menjadi 1. Jadi, untuk host dengan IP address 167.205.9.35 atau
167.205.240.2, broadcast addressnya adalah 167.205.255.255 (2 segmen terakhir
dari IP Address tersebut dibuat berharga 11111111.11111111, sehingga secara
desimal terbaca 255.255). Jenis informasi yang dibroadcast biasanya adalah
informasi routing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar